Day 3 — My Relationship

Nadhirash
3 min readSep 29, 2020

Ah… love. This field is the one excites me the most as I dream of becoming a marriage counselor/family & relationship psychologist (aamiin to that). Let’s talk about my journey and thoughts about this kind of romantic relationship.

Can you relate to the pic above? Because I could. I don’t go from one man to another fast as I tend to be in a relationship for a year minimum. I’m the type of person who loves hard, and hard to move on. So far I’ve only got 3 exes whose worth to be mentioned.

My first love was my senior in junior high school. We’ll talk more about it on another day (day 18).

The second love? I was in a 5-years-long-on-and-off relationship. It started in junior high school and we ended things up for good when we were in college. Disclaimer: no one is evil.

I was so toxic back then. I had trust issues yang bikin aku jadi posesif parah. Jujur kalau diinget-inget aku ngapain aja tuh malu-maluin banget lol. Karena on-and-off tadi, seringkali kami lagi ada di fase “we were on a break” ala Ross & Rachel — there’s a blurred line between letting go or moving on. The last goodbye surely hurts, but I’m really grateful that it happened that way.

The third love? While I can’t say much that I’ll end up with him (in the end it’s coming back to His way, right?), I’m so content with everything now.

This F guy. He’s not my usual type of crush physically, tapi sifat dan sikap dia bener-bener yang aku minta lewat doa ke Allah. Cerita hidup kita pun 11:12, bahkan makam ayah kami tetanggaan. I didn’t even know his name until late 2017, tapi setelah 1 minggu chat di DM IG, gatau kenapa aku udah cerita hal paling personal — kegalauan hidup dan keputusanku pake kerudung ke dia LOL that escalated quickly as I met him on a dark place. Literally a dark place :))

Di masa itu aku lagi galau-galaunya banget yang tiap bangun tidur dan mau tidur hati gelisah dan sedih. Sempet mikir ga mungkin bisa move on, padahal mah naon sih orang umur juga masih muda. Terus kami ketemu lah di suatu tempat. Tadinya aku mau dikenalin sahabatku ke temennya yang inisial I (whose sahabatnya mantan SMAku, jadi dia ga enak kalo kenalan sama aku). Si I bawa F dan dia udah love at first sight nih (cringe ih tapi ngaku lo). Ya sudah akhirnya dikenalinnya sama F.

Lalu (setelah jadian) jujur lah dia kalau niat awalnya bukan buat pacaran, cuma mau temenan aja. Bahkan dia belum inget muka aku selama PDKT yang sebulan itu. Padahal nih aku ga pernah nolak ajakan dia pergi loh HAHAHA ga ngerti juga kenapa aku mau ya dan terhitung mudah dan cepet ga sih baru 6 bulan putus? Gapapa udah takdir.

Di hari “jadian” juga gak ada tuh adegan “mau gak jadi pacar aku?”. Di hari itu, kita bener-bener ngobrol apa yang udah dipelajari di hubungan sebelumnya, apa yang mau diperbaiki ke depannya, apa yang diinginkan dan ga diinginkan di dalam hubungan. Terus dia nanyanya “kamu mau ga komitmen sama aku?” halah cringe banget. Aku juga belum begitu siap sih sebenernya HAHAHA tapi ya udah deh coba aja dulu. Alhamdulillah sejauh ini itu keputusan yang tepat (aku rasa).

Bahagia banget punya pasangan yang bisa diajak komunikasi apapun. Hampir selalu mengabulkan keinginan aku. Satu frekuensi, speaks the same language as me. Bisa conflict management yang baik. Tenang, jadinya ngga sama-sama api kaya aku. Give me reassurance without I even asking. Bikin aku nyaman jadi diri aku sendiri, bahkan di depan keluarganya. Mau belajar dan tumbuh bareng. While I know he’s not perfect, but he’s what I need.

Ibu dari dulu selalu bilang kalo, “hidup udah susah ka. Pacaran tuh buat seneng-seneng”. Alhamdulillah kesampean sekarang. Alhamdulillah juga jarang banget berantem karena prinsip dia ga mau membesar-besarkan masalah (it really helps a drama queen like me). Kalaupun ada, kita bisa diskusi pake kepala dingin jadi ya bisa selesai sampai resolusi. Doakan saja Allah meridhoi kita untuk bersama ya. Sekarang masih mencari pundi-pundi dulu. Kalaupun tidak, ….berat sih tapi doakan untuk kuat dan mudah ikhlas.

A little quote to end this post: “Ga ada orang yang sempurna. Tapi, carilah orang yang kekurangannya bisa kamu tolerir.”

--

--